Spesies Manusia Purba Hidup Berdampingan dengan ‘Lucy,’ Bukti Fosil Baru Dikonfirmasi

8

Selama bertahun-tahun, fosil kaki misterius berusia 3,4 juta tahun yang ditemukan di Ethiopia membingungkan para antropolog. Kakinya—dijuluki “kaki Burtele”—memiliki jari kaki yang disesuaikan untuk memanjat, tidak seperti kaki Australopithecus afarensis yang melengkung, spesies yang dikenal sebagai “Lucy”, yang berjalan tegak. Kini, tim peneliti telah secara pasti menghubungkan kaki tersebut dengan spesies hominin lain, Australopithecus deyiremeda, yang membuktikan bahwa nenek moyang manusia purba tidak semuanya berevolusi melalui satu jalur.

Dikonfirmasi Hidup Berdampingan: Dua Spesies di Era yang Sama

Penemuan ini menyelesaikan perdebatan yang sudah berlangsung lama. Pada tahun 2015, para ilmuwan awalnya mengusulkan keberadaan A. deyiremeda berdasarkan fragmen tulang rahang, namun bukti konklusif masih kurang. Penelitian baru, yang dipublikasikan di Nature, menyajikan fosil tambahan dari situs Woranso-Mille yang sama di Ethiopia: pecahan panggul, tengkorak, dan tulang rahang dengan 12 gigi. Fosil-fosil ini, dianalisis bentuk dan kebiasaan makannya, menegaskan bahwa A. deyiremeda hidup berdampingan dengan spesies Lucy pada waktu dan wilayah yang sama.

Adaptasi Divergen: Pepohonan vs. Padang Rumput

Perbedaan utama antara kedua spesies ini terletak pada gaya hidup mereka. A. deyiremeda tampaknya merupakan hominin yang lebih arboreal, lebih menyukai makanan pohon, semak, buah-buahan, dan dedaunan. Struktur kakinya—dengan jari-jari kaki yang panjang dan melengkung serta tulang yang fleksibel—menunjukkan kemampuan yang kuat untuk memanjat dan menggenggam dahan. Spesies Lucy, A. afarensis, lebih cocok untuk berjalan tegak di lingkungan hutan campuran dan padang rumput. Hal ini menunjukkan bahwa evolusi hominin awal bukanlah tentang perkembangan tunggal menuju bipedalisme, melainkan eksplorasi bercabang atas berbagai strategi bertahan hidup.

Eksperimen Evolusioner: Tidak Semua Leluhur Berjalan Tegak

Konfirmasi A. deyiremeda menantang gagasan evolusi manusia linier. Keberadaan dua spesies hominin berbeda dalam waktu dan tempat yang sama menunjukkan bahwa manusia purba bereksperimen dengan cara bergerak dan bertahan hidup yang berbeda.

“Ini adalah cara gerak unik yang mengalami berbagai eksperimen sepanjang evolusi manusia hingga munculnya Homo,” kata rekan penulis studi Yohannes Haile-Selassie.

Temuan ini menambah kompleksitas pemahaman kita tentang bagaimana manusia berevolusi untuk berjalan tegak, dan memperkuat gagasan bahwa banyak spesies hominin sedang mengeksplorasi adaptasi berbeda secara bersamaan. Perdebatan belum selesai, namun bukti baru memperkuat argumen A. deyiremeda sebagai spesies yang valid.

Penemuan ini menggarisbawahi bahwa evolusi manusia purba bukanlah sebuah garis lurus, melainkan sebuah proses adaptasi dan diversifikasi yang rumit dan berantakan.

Artikulli paraprakBuku Alamat Darwin Menjadi Digital: Sekilas Tentang Kehidupan Para Naturalis