Gunung Berapi Langka di Etiopia Meletus Setelah 12.000 Tahun Hening

17

Sebuah gunung berapi terpencil di Ethiopia, yang dikenal sebagai Hayli Gubbi, meletus secara dramatis pada hari Minggu, mengirimkan abu setinggi sembilan mil ke atmosfer. Peristiwa ini menandai letusan besar pertama yang terkonfirmasi dari fitur geologi ini dalam lebih dari 12.000 tahun, menjadikannya kejadian yang sangat tidak biasa.

Konteks dan Signifikansi Geologi

Hayli Gubbi adalah gunung berapi perisai—mirip dengan yang ditemukan di Hawaii—biasanya ditandai dengan aliran lava yang bergerak lambat, bukan kolom abu yang meledak. Letusan yang tiba-tiba dan dahsyat ini menunjukkan bahwa kondisi jauh di bawah permukaan telah berubah secara tidak terduga. Wilayah ini berada di dalam Zona Keretakan Afrika Timur, sebuah wilayah yang aktif secara geologis di mana lempeng tektonik Afrika dan Arab perlahan-lahan terpisah dengan kecepatan sekitar 0,4 hingga 0,6 inci setiap tahunnya.

Pemisahan ini menciptakan jalur bagi batuan cair (magma) untuk keluar dari mantel bumi, yang menyebabkan aktivitas vulkanik. Pergerakan lempeng yang sedang berlangsung pada akhirnya dapat mengakibatkan terbentuknya samudra baru di lembah keretakan, karena daratan terus terbelah selama ribuan tahun.

Indikator Terkini dan Respon Ilmiah

Para ilmuwan sebelumnya memiliki beberapa indikasi potensi aktivitas di Hayli Gubbi. Gunung berapi lain di dekatnya, Erta Ale, meletus pada bulan Juli, dengan intrusi magma terdeteksi meluas lebih dari 18 mil di bawah tanah—tepat di bawah Hayli Gubbi. Deformasi tanah dan awan putih menggembung yang diamati di puncak lebih lanjut menunjukkan naiknya magma.

Letusannya sendiri memicu respon cepat dari para peneliti. Ilmuwan bumi Derek Keir, yang saat itu berada di Ethiopia, telah mengumpulkan sampel abu untuk dianalisis. Sampel ini akan membantu menentukan komposisi magma dan memastikan apakah Hayli Gubbi benar-benar tidak aktif selama 12.000 tahun terakhir.

Mengapa Ini Penting

Letusan Hayli Gubbi menyoroti betapa sedikitnya yang diketahui tentang aktivitas gunung berapi di wilayah tertentu di dunia. Meskipun lokasinya terpencil dan ancaman terhadap manusia minimal, peristiwa ini menggarisbawahi perlunya pemantauan dan penelitian berkelanjutan di zona tektonik aktif seperti East African Rift Valley.

Letusan tersebut berfungsi sebagai pengingat bahwa gunung berapi yang sudah lama tidak aktif pun dapat bangkit kembali tanpa peringatan apa pun, dan memahami proses ini sangat penting untuk penilaian bahaya dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Letusan tersebut juga menimbulkan pertanyaan tentang apakah letusan lain yang tidak terdeteksi mungkin terjadi di wilayah tersebut selama masa dormansi gunung berapi yang berkepanjangan. Penelitian lebih lanjut sangat penting untuk menilai sepenuhnya sejarah geologi kawasan tersebut dan risiko vulkanik di masa depan.