Batasan Kelangsungan Hidup Dingin Manusia: Seberapa Rendah Kita Bisa Mencapainya?

47

Tubuh manusia adalah mesin yang disetel dengan baik, beroperasi paling baik dalam kisaran suhu yang sempit. Namun apa jadinya jika keseimbangan tersebut dirusak oleh suhu dingin yang ekstrem? Yang mengejutkan, tubuh manusia mampu bertahan pada suhu yang jauh lebih rendah dari yang diperkirakan banyak orang. Artikel ini mengeksplorasi kasus-kasus menakjubkan hipotermia yang tidak disengaja dan disebabkan oleh obat-obatan, mengungkapkan betapa dekatnya kematian klinis yang bisa dialami seseorang dan masih bisa pulih.

Respon Tubuh terhadap Dingin

Manusia mempertahankan suhu inti tubuh sekitar 98,6°F (37°C). Saat terkena suhu dingin, tubuh memulai mekanisme bertahan hidup: pembuluh darah menyempit untuk menghemat panas, menggigil menghasilkan kehangatan, dan merinding berusaha memerangkap udara untuk isolasi. Namun, ketika pertahanan ini gagal, hipotermia akan terjadi – penurunan suhu yang berbahaya di bawah 95°F (35°C).

Hipotermia ringan (89,6–95°F) menyebabkan kebingungan, kelaparan, dan kulit pucat. Hipotermia sedang (di bawah 89,6°F) menyebabkan kelesuan, pernapasan melambat, dan fenomena mengganggu yang disebut paradoks membuka baju – di mana seseorang melepaskan pakaian meskipun suhu sangat dingin. Hipotermia parah (di bawah 82,4°F) mematikan fungsi vital, memperlambat detak jantung dan tekanan darah hingga hampir berhenti.

Kelangsungan Hidup Anna Bågenholm yang Luar Biasa

Meskipun terdapat dampak yang mematikan, beberapa kasus di luar dugaan. Pada tahun 1999, ahli radiologi Swedia Anna Bågenholm selamat setelah jatuh melalui es dan tenggelam dalam air dingin selama lebih dari 90 menit. Suhu tubuhnya anjlok hingga 56,7°F (13,7°C) – suhu terendah yang pernah tercatat untuk bertahan hidup bagi orang dewasa di luar intervensi medis.

Tim penyelamat menemukan dia meninggal secara klinis, tetapi CPR dan mesin jantung-paru berhasil menyelamatkannya. Meskipun dia menderita kerusakan organ dan masalah saraf, dia pulih sepenuhnya, kembali bekerja dan mendaki dalam beberapa bulan. Kasus ini menggambarkan betapa dinginnya suhu ekstrem dapat mengulur waktu secara paradoks: memperlambat kebutuhan metabolisme sekaligus menjaga fungsi otak.

Pemulihan Mustahil Balita

Pada tahun 2014, seorang balita Polandia bernama Adam mengalami kondisi yang lebih dingin lagi. Ditemukan tidak sadarkan diri setelah berjam-jam terkena cuaca 19,4°F (-7°C), suhu tubuhnya turun hingga 53,2°F (11,8°C). Seperti Bågenholm, Adam diresusitasi menggunakan ventilasi mekanis dan pulih sepenuhnya setelah dua bulan di rumah sakit.

Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa suhu yang sangat rendah, meskipun berbahaya, juga dapat mengurangi kebutuhan oksigen dan nutrisi otak, sehingga memperlambat kematian sel. Bågenholm mendapat manfaat dari kantong udara di bawah es, menyediakan oksigen minimal saat tubuhnya mendingin.

Hipotermia yang Diinduksi: Alat Medis

Komunitas medis telah lama menyadari efek perlindungan dari suhu tubuh yang rendah. Ahli bedah menggunakan hipotermia yang diinduksi untuk memperlambat metabolisme selama prosedur kompleks seperti operasi jantung terbuka, sehingga memberi mereka lebih banyak waktu untuk melakukan operasi. Suhu terendah yang tercatat bertahan dalam kondisi hipotermia dengan fungsi otak utuh adalah 39,6°F (4°C), yang didokumentasikan dalam kasus tahun 1961.

Namun, pengobatan modern bersikap hati-hati. Meskipun pendinginan dapat melindungi organ, hal ini juga meningkatkan risiko infeksi, pembekuan darah, dan gagal ginjal. Menurunkan suhu tubuh kini dikelola dengan lebih konservatif.

Intinya

Meskipun kelangsungan hidup pada suhu yang sangat rendah jarang terjadi, kasus seperti yang dialami Bågenholm dan Adam menunjukkan ketahanan tubuh manusia yang luar biasa. Suhu kelangsungan hidup terendah yang didokumentasikan secara andal tetap 53,2°F (kasus Adam), meskipun hipotermia yang diinduksi telah mendorong batas tersebut menjadi 39,6°F dalam kondisi terkendali. Bagi kebanyakan orang, menghindari cuaca dingin ekstrem tetap merupakan strategi terbaik untuk bertahan hidup.

Попередня статтяSejarah Sains: Melihat Kembali Prediksi dari 50, 100, dan 150 Tahun Lalu
Наступна статтяPekerja Penitipan Anak Menghadapi Meningkatnya Angka Kelaparan di Tengah Perjuangan Sistemik